Cari Ilmu Baru

Mayoritaskah yang Terbaik??

Di antara kaidah yang ditetapkan oleh para ulama adalah, bahwa “Merebaknya suatu perbuatan tidak menunjukkan atas kebolehannya, sebagaimana tersembunyinya suatu perbuatan tidak menunjukkan atas dilarangnya.”

Ibnu Muflih dalam Al-Adab Asy-Syar’iyyah (I/263) berkata, “ Seyogyanya diketahui bahwa hal yang dilakukan oleh banyak manusia adalah bertentangan dengan ketentuan syar’i dan hal tersebut masyhur di antara mereka dan banyak manusia yang melakukannya. Wajib bagi orang yang ‘Arif adalah, tidak mengikuti mereka, baik dalam ucapan maupun perbuatan, dan janganlah dia terpengaruh oleh hal tersebut setelah tersebar jika dalam kesendirian dan sedikitnya kawan”.


Imam An-Nawawi Rahimahullahu ta’alla berkata, “Janganlah manusia terpedaya oleh banyaknya orang yang melakukan suatu perbuatan yang dilarang melakukannya, yaitu kepadanya oleh orang yang tidak menjaga adab-adab ini”.
Laksanakanlah apa yang dikatakan oleh Fudhail bin ‘Iyyadh, “Janganlah kamu menganggap buruk jalan-jalan kebaikan karena sedikitnya orang yang melakukannya, dan janganlah kamu terpedaya dengan banyaknya orang-orang yang binasa (dalam melakukan sesuatu perbuatan yang mungkar)”

Al-‘Allamah Ibnul Qayyim dalam Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithaan (hal 132-135 Mawaridul Aman) berkata,
“Orang yang cermat pandangannya dan benar imannya tidak akan merasa gelisah karena sedikitnya kawan bahkan dari tiadanya kawan satu pun, jika hatinya telah merasa berteman dengan generasi pertama dari orang-orang yang diberikan nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, Ash-Shiddiqiin, Asy-Syuhadaa’ dan orang-orang shalih dan mereka itulah sebaik-baiknya teman. Kesendirian seseorang dalam pencariannya sebagai bukti kesungguhan dia dalam mencari kebenaran”.

Syaikh ‘Ali Hasan berkata,
“Dia tidak merasa kesepian setelah tampak kebenaran baginya meskipun tidak ada yang sependapat dengannya. Sesungguhnya kebenaran jika telah nampak jelas , maka tidak membutuhkan saksi yang mendukungnya. Sebab hati melihat kebenaran sebagaiman mata melihat matahari. Seseorang jika telah melihat matahari, dan berdasarkan keilmuan dan keyakinanna bahwa matahari telah terbit, maka dia tidak membutuhkan saksi untuk itu dan tidak membutukan orang untuk menyetujui atas apa yang dilihatnya.”

Betapa bagusnya apa yang dikatakan oleh Abu Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Ismail yang terkenal dengan Abu Syamah—beliau adalah salah seorang gurunya Imam Nawawi—dalam kitabnya tentang hal-hal baru dan bentuk-bentuk bid’ah, terdapat perintah memegang teguh jama’ah., maka yang dimaksud adalah memegang kebenaran dan mengikutinya, meskipun orang yang berpegang teguh kepadanya sedikit, sedangkan orang yang menelisihinya banyak, karena kebenaran adalah sesuatu yang yang dilakukan oleh jama’ah pertama pada masa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya Ridhwanullah ‘alahim jaami’an, dan tidak diukur dengan banyaknya orang yang mengikuti bid’ah setelah mereka.

Seorang Muslim yang sejati adalah orang tidak tercemar/terpengaruh oleh maraknya bentuk-bentuk bid’ah dalam memahami bentuk-bentuk sunnah. Betapa indah apa yang disebitkan oleh Al-Imam Al-Khathib Al-Baghdadi dalam Syaraf Ashhaabul Hadits (hal 7) dengan sanad shahih dari Imam Al-Auza’i—salah seorang murid Imam Abu Hanifah—berkata, “Hendaklah kamu berpegang dengan riwayat-riwayat dari salaf, meskipun manusia menolak kamu, dan hindarilah olehmu pendapat-pendapat manusia, meskipun mereka menghiasinya kepadamu dengan perkataan yang manis.”

Dan Allah adalah yang memberikan petunjuk kepada jalan kebenaran.(Syf)


------------------------------------------------------

Diambil dari buku “Membedah akar bid’ah” karya Syaikh ‘Ali bin Hasan bin “Ali bin ‘Abdul Hamid Al-Halabi Al-‘Atsary, Penerbit Pustaka Al-Kautsar, dengan beberapa penyuntingan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar