Sebuah pengalaman kembali saya ceritakan dalam posting ini.
Sebagai anak kost yang biasa hidup dengan dunia dimana kelaparan menjadi hal biasa, saya punya sebuah pengalaman berbelanja di berbagai tempat.
Iseng saya membandingkan cara berbisnis orang sasak (suku asli pulau lombok) dengan suku pendatang terutama yang dari jawa. Perbandingan yang saya dapat ternyata sangat banyak dan sangat signifikan.
Kesalahan-kesalahan tersebut tentunya harus segera ditanggulangi berhubung sebentar lagi atau mungkin sudah dimulai saat ini, pulau lombok akan menjadi sebuah pulau wisata yang tentunya memiliki banyak peluang dibidang bisnis. Kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan orang suku sasak asli dalam berbisnis yang selama ini saya amati akan coba saya jelaskan sebagai berikut;
Yang pertama yang menyebabkan lemahnya daya saing masyarakat sasak dalam berbisnis adalah tidak jelinya masyarakat dalam melihat dan mengambil peluang. Dampak besar dari hal ini adalah terambilnya kesempatan-kesempatan emas yang seharusnya dimiliki orang suku asli. Sebagai contoh, usaha sukses sebuah kedai "Mie Ayam" di daerah yang dipenuhi oleh orang-orang asli suku sasak ternyata dimiliki oleh orang pendatang dari Jawa. Ironisnya lagi, penduduk daerah itu kebanyakan sebagai pengangguran atau tukang parkir bagi kedai mewah yang ramai tersebut. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, penduduk asli di sana ternyata tidak kalah dengan pendatang tersebut. Namun kejelian melihat peluang mereka jauh berbeda.
Sebenarnya, jika ada orang yang sudah lebih dahulu mengembangkan usaha, kita harus memanfaatkan moment tersebut untuk membuka usaha kita sendiri. Sebagai perumpamaan, jika saya berada di daerah tersebut, maka saya akan berusaha mengembangkan sebuah usaha untuk memasok bahan baku bagi kedai mie ayam tersebut seperti seledri, atau rempah-rempah lain yang dibutuhkan. Sehingga kedai tersebut tidak lagi kesulitan mencari bahan baku dan tentunya usaha kita juga sukses karena mendapat jaminan pemasaran
yang pasti. Mungking shobat punya ide yang lebih cemerlang lagi untuk mendapatkan peluang emas yang berserakan terutama di sekeliling kita. Intinya kita harus sudah mulai berpikir dari sekarang.
Selanjutnya adalah sedikitnya inovasi untuk mengembangkan usaha sehingga tidak mampu bersaing dengan bisnisman dari luar, padahal potensi yang dimiliki sangat besar untuk berkembang apalagi suku asli sudah memiliki banyak modal yang potensial untuk kemajuan sebuah usaha seperti lahan, kenalan, penguasaan lokasi dan sebagainya. Faktor ini sebenarnya bisa ditanggulangi dengan sedikit perubahan yang harus dilakukan oleh bisnisman lokal yang ingin usahanya berkembang. Perubahan dan inovasi dapat memanfaatkan situasi yang sedang hot pada saat-saat tertentu. Atau jika sudah ada yang mengembangkan bisnis yang akan kita lakukan lebih dulu dari kita, seharusnya kita membuat inovasi yang lebih baik dari yang pertama tersebut. Dari usaha orang yang lebih dahulu sebenarnya kita dapat dengan mudah mendapatkan sebuah inovasi.
Misalnya, jika ingin mengembangkan usaha bisnis bakso atau "cilok", sementara sekarang sudah banyak pedagang cilok biasa (tanpa inovasi) yang bertebaran, kita jangan ragu untuk mengembangkannya juga tapi dengan sedikit inovasi. Sebagai contoh, jika cilok yang ada sekarang hanya cilok berwarna putih dengan kadar vitamin, protein, mineral dan karbohidrat yang sangat kecil juga dengan rasa yang biasa saja, untuk membuat inovasi baru cukup kita menambah sedikit campuran agar kandunganya jauh berbeda. Anggap saja dalam hal ini kita akan membuat sebuah cilok dengan nama "Cilok Ungu" atau "Bakso Ungu" dengan bahan baku ubi jalar ungu yang kadar karbohidratnya lebih tinggi juga warna berbeda. Lebih-lebih kita dapat menambahkannya sebuah ramuan obat tradisional atau obat herbal dengan membentuknya menjadi lebih menarik (seperti jantung contohnya) sehingga namanya berubah menjadi "Bakso Sehat, Cinta Ungu". Selain produk kita lebih menarik, lebih bermanfaat bagi kesehatan, tentunya juga akan mendatangkan pendapatan yang lebih untuk kantong kita. Jika Cilok biasa harganya hanya Rp. 500 per biji, dengan inovasi tadi kita dapat menjualnya dengan harga Rp. 750 per biji, atau dengan harga tetap namun tingkat kelarisan dan jumlah pelanggan yang berbeda dengan produk lainnya. mungkin ide shobat sekalian ada yang lebih bagus untuk dikembangkan sesuai daerah shobat, silahkan mulai dicoba dari sekarang. Jangan menunda lagi, Ingat! "Harus jeli mengambil peluang"..!
Kesalahan berikutnya adalah mental masyarakat suku asli yang masih sangat sedikit sehingga tidak berani mencoba hal baru. Inilah yang seringkali menyebabkan penduduk asli kalah sebelum bertanding terutama dalam berbisnis. Saya menyajikannya langsung dengan contoh saja shob, masalahnya saya tidak berpengalaman ceramah panjang lebar tanpa makna. Okay, Contoh realnya, di sebuah daerah pariwisata (agak jauh dari perkotaan) yang padat pengunjung hanya terdapat penduduk lokal yang berjualan snack atau makanan ringan yang mereka dapat dari pasar. Biasanya mereka menjual dagangan mereka dengan harga yang relatif lebih mahal dari biasanya. Jadi pengunjung cenderung enggan berbelanja di tempat seperti itu kecuali dalam keadaan terpaksa.
Jika saja di daerah tersebut ada seseorang yang menjajakan barang dagangan buatan mereka sendiri atau kita sebut saja makanan khas daerah tersebut, hanya dengan sedikit sentuhan nilai kearipan lokal maka makanan tersebut pasti akan lebih laku dari yang lain walaupun sebenarnya rasanya tidak jauh beda dengan makanan lainnya. Nilai yang ada dalam barang yang khas daerah terutama di daerah wisata bukanlah rasa atau hanya untuk mengenyangkan perut saja. Lebih dari itu, barang tersebut akan menjadi barang khas yang bisa dijadikan oleh-oleh (lebih-lebih jika mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama) untuk dibawa pulang oleh pengunjung sebagai tanda telah berkunjung ke tempat tersebut. Selain makanan seperti ilustrasi diatas, masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, yang penting kita berani mencoba untuk melakukan hal baru.
Sebenarnya masih banyak lagi kesalahan yang lain. Namun saya rasa cukup dengan menghilangkan 3 kesalahan diatas, kita akan mampu membangun sebuah usaha yang bisa meningkatkan aliran uang ke kantong kita.
Selain meningkatkan pendapatan pribadi, membuat suatu inovasi baru pastinya akan mengundang banyak orang untuk berkunjung ke tempat kita. Jadi membawa keuntungan juga bagi pemerintah dan masyarakat di sekitar kita. Dalam kepala shobat tentunya sudah terlintas bagaimana membangun sebuah usaha yang sukses. Jangan tunggu sampai ide tersebut pergi begitu saja, mari kita mulai dari sekarang!
Usaha sebenarnya tidak peduli masalah umur atau status, tergantung bagaimana kita bisa memanage usaha kita agar sesuai dengan profesi kita saat ini. Saya sendiri saat ini baru memulai melakukan usaha saya, Doakan berhasil shobat..!
Sebagai anak kost yang biasa hidup dengan dunia dimana kelaparan menjadi hal biasa, saya punya sebuah pengalaman berbelanja di berbagai tempat.
Iseng saya membandingkan cara berbisnis orang sasak (suku asli pulau lombok) dengan suku pendatang terutama yang dari jawa. Perbandingan yang saya dapat ternyata sangat banyak dan sangat signifikan.
Kesalahan-kesalahan tersebut tentunya harus segera ditanggulangi berhubung sebentar lagi atau mungkin sudah dimulai saat ini, pulau lombok akan menjadi sebuah pulau wisata yang tentunya memiliki banyak peluang dibidang bisnis. Kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan orang suku sasak asli dalam berbisnis yang selama ini saya amati akan coba saya jelaskan sebagai berikut;
Yang pertama yang menyebabkan lemahnya daya saing masyarakat sasak dalam berbisnis adalah tidak jelinya masyarakat dalam melihat dan mengambil peluang. Dampak besar dari hal ini adalah terambilnya kesempatan-kesempatan emas yang seharusnya dimiliki orang suku asli. Sebagai contoh, usaha sukses sebuah kedai "Mie Ayam" di daerah yang dipenuhi oleh orang-orang asli suku sasak ternyata dimiliki oleh orang pendatang dari Jawa. Ironisnya lagi, penduduk daerah itu kebanyakan sebagai pengangguran atau tukang parkir bagi kedai mewah yang ramai tersebut. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, penduduk asli di sana ternyata tidak kalah dengan pendatang tersebut. Namun kejelian melihat peluang mereka jauh berbeda.
Sebenarnya, jika ada orang yang sudah lebih dahulu mengembangkan usaha, kita harus memanfaatkan moment tersebut untuk membuka usaha kita sendiri. Sebagai perumpamaan, jika saya berada di daerah tersebut, maka saya akan berusaha mengembangkan sebuah usaha untuk memasok bahan baku bagi kedai mie ayam tersebut seperti seledri, atau rempah-rempah lain yang dibutuhkan. Sehingga kedai tersebut tidak lagi kesulitan mencari bahan baku dan tentunya usaha kita juga sukses karena mendapat jaminan pemasaran
yang pasti. Mungking shobat punya ide yang lebih cemerlang lagi untuk mendapatkan peluang emas yang berserakan terutama di sekeliling kita. Intinya kita harus sudah mulai berpikir dari sekarang.
Selanjutnya adalah sedikitnya inovasi untuk mengembangkan usaha sehingga tidak mampu bersaing dengan bisnisman dari luar, padahal potensi yang dimiliki sangat besar untuk berkembang apalagi suku asli sudah memiliki banyak modal yang potensial untuk kemajuan sebuah usaha seperti lahan, kenalan, penguasaan lokasi dan sebagainya. Faktor ini sebenarnya bisa ditanggulangi dengan sedikit perubahan yang harus dilakukan oleh bisnisman lokal yang ingin usahanya berkembang. Perubahan dan inovasi dapat memanfaatkan situasi yang sedang hot pada saat-saat tertentu. Atau jika sudah ada yang mengembangkan bisnis yang akan kita lakukan lebih dulu dari kita, seharusnya kita membuat inovasi yang lebih baik dari yang pertama tersebut. Dari usaha orang yang lebih dahulu sebenarnya kita dapat dengan mudah mendapatkan sebuah inovasi.
Misalnya, jika ingin mengembangkan usaha bisnis bakso atau "cilok", sementara sekarang sudah banyak pedagang cilok biasa (tanpa inovasi) yang bertebaran, kita jangan ragu untuk mengembangkannya juga tapi dengan sedikit inovasi. Sebagai contoh, jika cilok yang ada sekarang hanya cilok berwarna putih dengan kadar vitamin, protein, mineral dan karbohidrat yang sangat kecil juga dengan rasa yang biasa saja, untuk membuat inovasi baru cukup kita menambah sedikit campuran agar kandunganya jauh berbeda. Anggap saja dalam hal ini kita akan membuat sebuah cilok dengan nama "Cilok Ungu" atau "Bakso Ungu" dengan bahan baku ubi jalar ungu yang kadar karbohidratnya lebih tinggi juga warna berbeda. Lebih-lebih kita dapat menambahkannya sebuah ramuan obat tradisional atau obat herbal dengan membentuknya menjadi lebih menarik (seperti jantung contohnya) sehingga namanya berubah menjadi "Bakso Sehat, Cinta Ungu". Selain produk kita lebih menarik, lebih bermanfaat bagi kesehatan, tentunya juga akan mendatangkan pendapatan yang lebih untuk kantong kita. Jika Cilok biasa harganya hanya Rp. 500 per biji, dengan inovasi tadi kita dapat menjualnya dengan harga Rp. 750 per biji, atau dengan harga tetap namun tingkat kelarisan dan jumlah pelanggan yang berbeda dengan produk lainnya. mungkin ide shobat sekalian ada yang lebih bagus untuk dikembangkan sesuai daerah shobat, silahkan mulai dicoba dari sekarang. Jangan menunda lagi, Ingat! "Harus jeli mengambil peluang"..!
Kesalahan berikutnya adalah mental masyarakat suku asli yang masih sangat sedikit sehingga tidak berani mencoba hal baru. Inilah yang seringkali menyebabkan penduduk asli kalah sebelum bertanding terutama dalam berbisnis. Saya menyajikannya langsung dengan contoh saja shob, masalahnya saya tidak berpengalaman ceramah panjang lebar tanpa makna. Okay, Contoh realnya, di sebuah daerah pariwisata (agak jauh dari perkotaan) yang padat pengunjung hanya terdapat penduduk lokal yang berjualan snack atau makanan ringan yang mereka dapat dari pasar. Biasanya mereka menjual dagangan mereka dengan harga yang relatif lebih mahal dari biasanya. Jadi pengunjung cenderung enggan berbelanja di tempat seperti itu kecuali dalam keadaan terpaksa.
Jika saja di daerah tersebut ada seseorang yang menjajakan barang dagangan buatan mereka sendiri atau kita sebut saja makanan khas daerah tersebut, hanya dengan sedikit sentuhan nilai kearipan lokal maka makanan tersebut pasti akan lebih laku dari yang lain walaupun sebenarnya rasanya tidak jauh beda dengan makanan lainnya. Nilai yang ada dalam barang yang khas daerah terutama di daerah wisata bukanlah rasa atau hanya untuk mengenyangkan perut saja. Lebih dari itu, barang tersebut akan menjadi barang khas yang bisa dijadikan oleh-oleh (lebih-lebih jika mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama) untuk dibawa pulang oleh pengunjung sebagai tanda telah berkunjung ke tempat tersebut. Selain makanan seperti ilustrasi diatas, masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, yang penting kita berani mencoba untuk melakukan hal baru.
Sebenarnya masih banyak lagi kesalahan yang lain. Namun saya rasa cukup dengan menghilangkan 3 kesalahan diatas, kita akan mampu membangun sebuah usaha yang bisa meningkatkan aliran uang ke kantong kita.
Selain meningkatkan pendapatan pribadi, membuat suatu inovasi baru pastinya akan mengundang banyak orang untuk berkunjung ke tempat kita. Jadi membawa keuntungan juga bagi pemerintah dan masyarakat di sekitar kita. Dalam kepala shobat tentunya sudah terlintas bagaimana membangun sebuah usaha yang sukses. Jangan tunggu sampai ide tersebut pergi begitu saja, mari kita mulai dari sekarang!
Usaha sebenarnya tidak peduli masalah umur atau status, tergantung bagaimana kita bisa memanage usaha kita agar sesuai dengan profesi kita saat ini. Saya sendiri saat ini baru memulai melakukan usaha saya, Doakan berhasil shobat..!
Selamat berbisnis dan selamat berkreasi, Terus berkarya demi hidup yang lebih baik..!
Salam riset dan salam sukses dari "Muji Juherwin".
bener juga tuh...
BalasHapuskejelian melihat peluang harus !
Menurut mas bro,invest yg bagus tu kya gimana?
Lo' menurut sy yang sesuai dengan apa yang kita senangi tapi punya peluang jangka panjang bro, lo' sy c bisnis hasil penelitian bro.,
BalasHapus